Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan.
Nama : M.syafril Abid
Tanggal: 17 maret 2014
Judul Artikel: Cinta kasih dan kebebasan, cirikhas pendidikan
Topik:
Artikel:
CINTAKASIH DAN KEBEBASAN - cirikhas pendidikan
Cinta kasih dan kebebasan: timbal balik/saling melengkapi.
Cintakasih itu bebas, tanpa batas, tanpa syarat, dengan kata lain
batasnya adalah kebebasan. Sebaliknya kebebasan hanya dapat dibatasi
oleh cintakasih. Cintakasih sejati berarti menghargai dan menghormati
harkat martabat yang lain. Atau boleh memimjam ajaran Santo Paulus,
sebagaimana dikutip oleh penulis buku "Spiritual Intelegence", Danah
Zohar dan Ian Marschall, "Cintakasih itu sabar; kasih itu murah hati, ia
tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak
mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tatapi
karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkans segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih
tidak berkesudahan" (1Kor 13:4-8).
Anak/manusia "ada/lahir" karena dan oleh cintakasih
Bukankah cintakasih dan kebebasan sebagaimana dilukiskan di atas
menjiwai sepasang laki-laki dan perempuan di dalam memadu kasih,
membangun hidup berkeluarga, sebagai suami isteri? Antara suami dan
isteri terjadi hubungan atau komunikasi cintakasih, saling mengasihi
melalui dan dengan kata maupun tindakan. Tindakah cintakasih berdua
memuncak dalam persetubuhan (sehati, sejiwa, setubuh dst..), dengan kata
lain persetubuhan adalah perwujudan kasih, dan ada kemungkinan
menghasilkan "buah kasih" yaitu janin, anak. Dengan kata lain anak
adalah "buah kasih" atau kasih. Ia "diadakan", dibesarkan, dalam dan
oleh cintakasih. Ia dilahirkan dan dididik oleh orangtuanya dalam dan
oleh cintakasih. Dengan kata lain: setiap orang adalah kasih, hanya
dengan dan oleh kasih ia masih hidup sampai saat ini (ingat: jumlah
pengguguran di Indonesia 2.000.000. pertahun, saya dan anda yang masih
hidup ini tidak termasuk yang digugurkan?!).
Pendidikan yang baik dijiwai oleh cintakasih dan kebebasan.
Hemat kami cintakasih dan kebebasan yang dihayati oleh para orangtua
(ayah dan ibu) dalam mendidik dan mendampingi (membesarkan) anaknya
dibutuhkan oleh setiap orang. Jika orang ingin hidup sejahtera ia perlu
dipenuhi kebutuhan kasih dan kebebasannya. Sampai mati orang masih
membutuhkan cintakasih dan kebebasan itu. Maka di dalam pendidikan
formal di sekolah (ingat sekolah adalah pembantu orangtua dalam mendidik
anak-anak mereka, berarti melanjutkan pendidikan di dalam keluarga)
cintakasih dan kebebasan harus menjiwai proses belajar-mengajar atau
proses pembelajaran.
Cintakasih dan kebebasan ini hemat kami sangat
dibutuhkan berkaitan dengan reformasi pendidikan atau mengusahakan
pendidikan yang baik, yang antara lain berciri:
1) berbasis pada kompetensi anak/peserta didik
2) proses: pendidikan itu proses, bukan instant atau paksaan
3) "cura personalis": pendidikan yang baik memperhatikan masing-masing
pribadi atau "cura personalis" (bdk dengan berbasis kompetensi)
4) gembira : pertumbuhan dan perkembangan yang baik membutuhkan suasana
atau iklim yang menyejukkan atau menggembirakan (kebebasan?).
5) dst..
Tidak boleh ada paksaan
Segala macam bentuk paksaan/ancaman dari aneka instansi akan mengganggu
proses pendidikan atau pembelajaran yang baik. Agar suasana cintakasih
dan kebebasan terasa di sekolah, hemat kami perlu diberi kebebasan dan
tanggungjawab kepada "para penyelenggara pendidikan/pembantu orangtua
dalam mendidik anak-anaknya dan orangtua para peserta didik". Dialog.
komunikasi, kerjasama antar mereka mutlak dibutuhkan, sedangkan instansi
lain juga sebagai pembantu, yang menyediakan kemungkinan-kemungkinan
atau kemudahan-kemudahan untuk menunjang proses pembelajaran, misalnya:
dana, kurikulum, dst...
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar